LAPORAN OBSERVASI MUSEUM NEGERI NUSA TENGGARA BARAT


LAPORAN
HASIL OBSERVASI DI MUSEUM NEGERI NUSA TENGGARA BARAT
TENTANG
“PAKAIAN-PAKAIAN ADAT DI NUSA TENGGARA BARAT”
DOSEN PENGAMPU:
ABDUL SAKBAN, M.Pd


Oleh:

MUHAMAD AHLUN NASAR
NIM: 116130008




PROGRAM STUDI PPKN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN 2018


KATA PENGANTAR
    Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini saya telah menyelesaikan Sebuah Laporan hasil Observasi di Museum Negeri Nusa Tenggara Barat sebagai pemenuhan tugas dari mata Kuliah Antropologi Budaya. Dalam Laporan ini akan dibahas “Pakaian Adat di Nusa Tenggara Barat”.
Kritik dan saran, saya harapkan untuk perbaikan Laporan saya selanjutnya. Semoga Laporan ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca sekalian.
    Wassalamu’alaikum Wr. WbMataram, 

                                                                                                        03 Januari 2018   

                                                                                                 Muhamad Ahlun Nasar 
                                                                                                             (116130008)


DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A.    LATAR BELAKANG............................................................................................... 1
B.     TUJUAN .................................................................................................................. 1
C.     MANFAAT.................................................................................................. ............ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
A.    MUSEUM NEGERI NUSA TENGGARA BARAT................................................ 3
B.     PAKAIAN ADAT NUSA TENGGARA BARAT................................... ............... 3
a.    Pakaian Adat Suku Sasak, Nusa Tenggara Barat.................................... 4
b.    Pakaian Adat Suku Sumawa (Sumbawa), Nusa Tenggara Barat....... 5
c.    Pakaian Adat Suku Bima (Mbojo), Nusa Tenggara Barat..................... 6
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 9
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 9
B. Saran.......................................................................................................................... 9
REFERENSI................................................................................................................... 10
LAMPIRAN-LAMPIRAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Observasi
Observasi adalah suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yang langsung.
Observasi sebagai alat pengumpul data adalah pengamatan yang memiliki sifat-sifat  Dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan lebih dulu, Direncanakan secara sistematis, Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuannya, Dapat diperiksa validitas, reliabilitas dan ketelitiannya, Bersifat kwantitatif.
Dengan cara tersebut kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram, jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)  sebagai pemenuhan mata kuliah “Antropologi Budaya” mengadakan observasi Untuk melihat Tentang Kebudayaan yang ada di Nusa Tenggara Barat yang dimana Penulis sendiri memfokuskan untuk mengamati kebudayaan dalam Masalah Pakaian Adat Di masing-masing daerah yang ada di NTB, dan untuk itu kami ke Museum Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak di Jl. Panji Tiar Negara No.6, Taman Sari, Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
B.     TUJUAN OBSERVASI
Adapun tujuan dari observasi tersebut adalah sebagai berikut:
1.            Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah “Antropologi Budaya”.
2.            Menambah pengetahuan tentang pentingnya peran dan fungsi museum sebagai sumber belajar.
C.     MANFAAT
Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
A.       Penulis :
1.         Menambah wawasan Mahasiswa.
2.         Menggali potensi siswa untuk dimanfaatkan sebagai sarana menambah nilai sosial dan rasa ingin tahu tentang Kekayaan Budaya di Nusa Tenggara Barat..
3.         Untuk menumbuhkan rasa cinta Terhadap Budaya.
B.       Pembaca :
1.         Penulisan ini diharapkan dapat membuka wawasan pembaca tentang  Adat dan Kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya di NTB
2.         Dapat membuka kepedulian pembaca tentang museum yang menyimpan Sejarah Penting.


BAB II
PEMBAHASAN
Waktu Observasi         : Rabu, 03 Januari 2018
Tempat                          : Museum Negeri Nusa Tenggara Barat
Alamat                           : Jl. Panji Tiar Negara No.6, Mataram

A.      Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, Mataram
Sebagai ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat, Mataram menjadi pusat pemerintahan dan pusat kegiatan perekonomian bagi masyarakat NTB. Mataram juga menjadi pusat berkumpulnya peninggalan-peninggalan sejarah masa lampau yang erat kaitannya dengan perkembangan provinsi Nusa Tenggara Barat yang semuanya di kumpulkan di sebuah museum.
Mataram memiliki sebuah museum yang dijadikan sebagai lambang perjalanan hidup dan bagian dari perkembangan provinsi NTB hingga menjadi seperti ini, yang dinamakan Museum Negeri Nusa Tenggara Barat. Museum ini didirikan pada tahun 1976 dan diresmikan 23 Januari 1982, setelah mengalami pembangunan bertahap. Museum ini terletak di Jalan Panji Tilar Negara No.6 Kota Mataram dengan gaya bangunan mengikuti arsitektur rumah adat sasak pada bagian atapnya.
Museum Negeri NTB ini berisikan koleksi-koleksi benda-benda peninggalan sejarah perjalanan Kebudayaan yang ada di NTB dan masyarakatnya seperti patung, senjata, lontar, keramik, dan lain-lain yang semuanya terekam di sini. Salah satunya Pakaian Adat di daerah-daerah yang ada di NTB.
B.       PAKAIAN ADAT NUSA TENGGARA BARAT
 Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas dua pulau besar, yaitu pulau Lombok dan pulau Sumbawa dihuni oleh beberapa suku dan Budaya. Suku bangsa mayoritas yang mendiami daerah tersebut adalah suku bangsa Sasak di pulau Lombok, suku bangsa Sumbawa (Semawa), dan Bima (Mbojo) di pulau Sumbawa.
a.    Pakaian Adat Suku Sasak, Nusa Tenggara Barat
 Sebagian besar pakaian adat suku Sasak berasal dari kain tenun. Hal ini dikarenakan masyarakat Sasak sudah mengenal teknik menenun sejak abad ke-14 an. Corak hias pada kain tenun bermacam-macam. Corak hiasnya pada umumnya merupakan eksplorasi dari kehidupan alam sekitar dan mitologi, seperti pohon mawar, burung, ular naga, dan tokoh pewayangan.
















Gambar 01, Pakaian Pengatin suku sasak
Untuk pakaian pengantin, digunakan pakaian yang lebih banyak hiasannya. Pengantin wanita memakai tangkong(baju) semacam kebaya yang biasanya berwarna hitam polos. Untuk bagian bawah dikenakan kereng (kain panjang), yang umumnya dibuat dari kain songket. Sebagai pelengkap penampilan digunakan kancing baju (buak tongkong) emas, kalung emas, ikat pinggang (gendit/ pending) emas, gelang tangan (teken), cincin (ali-ali), dan gelang kaki (teken nae).
Pengantin pria mengenakan klambi yang bahannya sama dengan pengantin wanita. Bagian atas berupa jas tertutup dengan potongan agak meruncing pada bagian bawah belakangnya untuk mempermudah menyelipkan keris. Bagian bawah menggunakan kereng(kain panjang), yang terbuat dari kain songket yang bermotif khas lombok. Kemudian ditambah dodot (kampuh), kain yang biasanya bercorak sama dengan yang dipakai pengantin wanita. Bagian kepala memakai sapuq (ikat kepala atau destar) yang juga terbuat dari kain songket dan sering diberi hiasan keemasan yang sering diselipkan pada ikat sapu bagian depan. Dibagian punggung diselipkan keris panjang.
b.    Pakaian Adat Suku Sumawa (Sumbawa), Nusa Tenggara Barat
 Masyarakat asli pulau Sumbawa terkenal dengan kain songketnya. Pada umumnya kain singket tersebut menggunakan benang emas, benang perak, juga benang katun. Kain selungka misalnya, merupakan songket yang menggunakan benang emas dan perak. Selain kain selungka, ada juga mbalipida, yaitu kain tenun yang bermotif kotak-kotak. Ciri khasnya bentuk stilasi motif fllora untuk kain perempuan dan motif fauna atau manusia untuk kain laki-laki.
















Gambar 02, Pakaian Pengantin Suku Sumbawa
Pakaian pengantin suku Sumbawa agak berbeda dengan pakaian adatnya. Untuk pakaian atas, pengantin wanita golongan bangsawan memakai lamung (naju) lengan pendek bermodel baju bodo Sulawesi. Baju tersebut terbuat dari kain halus dan berhias sulaman emas yang berbentuk cepa (bunga) hampir di seluruh bidang baju. Kemudian di bahu sebelah kiri disampirkan kidasanging, semacam sapu tangan yang dihiasi motif dedaunan dari benang perak atau emas. Untuk pakaian bawahnya, dikenakan tope belo (rok panjang) dan topepene (rok pendek) yang juga dihiasi cepa yang dipakai secara bertumpu.
Di bagian kepala dipakai sua, yaitu hiasan kepala yang dilengkapi kembang goyang. Sanggul rambutnya disebut puyunglakang. Perhiasan yang dipakai berupa gelang kanan (ponto atau kelaru), kalung, anting-anting, dan hiasan kuku ibu jari dari emas yang dibentuk seperti kuku panjang yang disebut sisinkuku.
Pengantin pria mengenakan gadu, yaitu baju berlengan panjang berhiaskan cepa emas. Selempang kain yang terbuat dari kain diberi hiasan motif bunga disilangkan di atas baju. Kain ini disebut simbangan. Untuk pakaian bawah, dikenakan saluar celana panjang berwarna hitam yang dihias pada pinggir kaki celananya. Kemudian celana dipadu dengan tope, semacam rok dari kain halus berwarna merah yang dihiasi dengan cepa emas yang agak besar. Untuk menahan tope digunakan ikat pinggang  (pending) emas.
Bagian kepala ditutup dengan mahkota yang terbuat dari kain yang dilipat-lipat dan dibentuk seperti kipas serta dihiasi cepa emas. Mahkota tersebut dinamakanpasigar. Kemudian sebilah keris diselipkan pada ikat pinggang bagian depan badan.
c.    Pakaian Adat Suku Bima (Mbojo), Nusa Tenggara Barat
Pakaian adat suku Bima berupa baju poro, yaitu baju yang terbuat dari kain tipis, tidak tembus pandang. Baju ini biasanya berwarna hitam, biru tua, cokelat tua, ungu dan Merah. Pakaian bawahnya berupa sarung pelekat, tembekafa, corak mbalipida hingga menutup mata kaki. Sebagai aksesorisnya antara lain gelang tangan dan anting-anting.
Gambar 03, Pakaian Pengantin Suku Bima
Pakaian pengantin suku Bima hampir sama dengan pakaian adatnya. Mempelai wanita memakai bjau poro rante yang terbuat dari kain halus warna merah dan dihiasi dengan cepa benang emas diseluruh permukaan baju. Kemudian baju tersebut dipadu dengan sarung songket (tembesongke) dan ikat pinggang (salepe) yang berwarna keemasan. Pasapu (sapu tangan) dari kain sutra bersulam benang perak dipegang di tangan. Rambutnya disanggul dan dihiasi dengan keraba. Keraba yang terbuat dari gabah (bulir padi yang belum dikupas kulitnya) yang digoreng tanpa minyak hingga mekar dan tampak warna putih berasnya secara dominan. Keraba tersebut ditempel pada rambut dengan perekat malam atau lilin hingga warna putihnya mencolok di atas rambut. Tatanan rambut yang dihiasi keraba tersebut disebut wange. Aksesoris lain seperti bangka dondo(anting-anting panjang) dan ponto(gelang tangan) juga berwarna keemasan.
Sementara itu, mempelai laki-laki mengenakan pasagi, yaitu baju dan celana yang terbuat dari kain yang sama. Kain tersebut dihiasi dengan cepa dan sulaman benang emas. Siki (kain songket atau tembesongke) dikenakan sebatas lutut, seperti memakai sarung. Untuk menakar siki digunakan baba, yaitu kain yang berukuran lebih lebar dari ikat pinggang biasa. Baba berfungsi untuk menyelipkan keris. Di atas baba diselipkan selepe, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari logam keemasan. Sebuah keris, yang pada hulunya diikatkan pada baba dan sapu tangan yang diikatkan di keris yang disebut pasapu. Pakaian pengantin pria ini juga dilengkapi mahkota yang disebut siga.






BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Museum Negeri Nusa Tenggara Barat adalah Museum yang Trletak Di Ibu Kota Nusa Tenggara Barat yaitu Mataram, Museum ini didirikan pada tahun 1976 dan diresmikan 23 Januari 1982. Museum ini Memiiki banyak Koleksi yang Berkaitan dengan sejarah dan kebudayaan yang ada di NTB.
Pakaian adt yang ada di NTB yaitu yang pertama dari  suku sasak yang kedua dari suku Sumbawa dan yang ketiga dari suku Bima (Mbojo) dimana masing-masing pakean adat masing-masing daerah/suku memiliki motif yang berbeda baik dari kain yang digunakan, pakaian yang lain maupun cara memakainya. Kekayaan budaya ini yang membuat NTB Sebagai Tempat berliburnya Orang-orang yang ada di luar NTB maupun diluar Indonesia.
B. Saran
Saran dari penulis dalam Pengembangan atau Pengumpulan Koleksi-koleksi yang ada di Museum Negeri Nusa Tenggara Barat harus di perbanyak lagi, Karena peninggalan ataupun Kebudayaan yang belum Termuat Oleh Museum NTB masih banyak, dan Semoga laporan Ini bisa menyadarkan pembaca seberapa pentingnya menjaga dan melestarikan suatu kebudayaan yang ada daerah masing-masing.







REFERENSI
http://id.m.wikipedia.org/wiki/museum_negeri_nusa_tenggara_barat
http://id.lombokindonesia.org/museum-ntb-lombok/
https://www.senibudayaku.com/2017/11/pakaian-adat-nusa-tenggara-barat-lengkap.html?m=1







No comments:

Post a Comment

Cara men-Scan isi Buku menjadi Teks menggunakan Hp android tanpa harus mengetik

Assalamualaikum.....  Halo guys.. Kembali lagi saya Ahlun Nazar akan membagikan sebuah Artikel tentang cara men-scan isi buku menjad...